Gambaran Keberhasilan Pemberian Obat Pencegahan Massal (POPM) Filariasis Melalui Pemeriksaan Apus Darah Tebal di Kabupaten Balangan Periode Februari – April 2021
Abstract
Filariasis adalah penyakit menular menahun yang terjadi akibat transmisi mikrofilaria dengan perantara nyamuk yang menghisap darah sebagai vektor. Terdapat tiga spesies parasit yang menyebabkan filariasis yaitu Wuchereria bancrofti, Brugia malayi, dan Brugia timori. Salah satu wilayah di Indonesia yang masih merupakan daerah endemik filariasis adalah Kabupaten Balangan, Kalimantan Selatan. Sebagai salah satu daerah endemis, di daerah ini wajib dilaksanakan kegiatan pemberian obat pencegahan massal (POPM) filariasis selama lima tahun berturut-turut dengan tujuan untuk mencapai keadaan bebas filariasis. Setelah kegiatan POPM dilaksanakan selama lima tahun berturut-turut, dilakukan evaluasi penilaian keberhasilan kegiatan melalui pemeriksaan sediaan apus darah tebal. Kegiatan POPM akan dinyatakan berhasil jika didapatkan hasil perhitungan microfilaria rate <1%. Penelitian ini dilakukan di Dinas Kesehatan Kabupaten Balangan, Kalimantan Selatan pada bulan Desember 2021 dengan cara mengambil data sekunder kegiatan POPM filariasis selama lima tahun dan hasil pemeriksaan sediaan apus darah tebal periode Februari - April 2021 di Dinas Kesehatan Kabupaten Balangan. Hasil positif filariasis berdasarkan kelompok umur paling banyak didapatkan pada kategori 55-64 tahun dengan lima pasien dan berdasarkan jenis kelamin, dengan lima pasien, laki-laki lebih banyak menderita dibandingkan perempuan. Delapan pasien yang positif berasal dari kelompok yang tidak patuh dalam meminum obat anti filariasis. Perhitungan microfilaria rate, didapatkan hasil positif 1.6% dari pemeriksaan sediaan apus darah tebal yang berarti pelaksanaan kegiatan POPM filariasis telah menurunkan angka infeksi namun belum mencapai target yang ditentukan.
Kata Kunci: Filariasis, endemis, POPM
Filariasis is a chronic infectious disease that occurs due to the transmission of microfilariae through blood-sucking mosquitoes as vectors. There are three species of parasites that cause filariasis, namely Wuchereria bancrofti, Brugia malayi, and Brugia timori. One area in Indonesia that is still an endemic area for filariasis is Balangan Regency, South Kalimantan. As an endemic area, in this area it is mandatory to carry out mass preventive treatment (POPM) activities for filariasis for five consecutive years with the aim of achieving a filariasis-free state. After POPM activities have been carried out for five consecutive years, an evaluation of the success of the activity is carried out through examination of thick blood smears. POPM activities will be declared successful if the microfilaria number calculation results are <1%. This research was conducted at the Balangan District Health Service, South Kalimantan in December 2021 by collecting secondary data on POPM filariasis activities for five years and the results of thick blood smear examinations for the period February – April 2021 at the Balangan District Health Service. The most positive results for filariasis based on age group were in the 55-64 year category with five patients and based on gender, there were five patients, men suffering more than women. Eight positive patients came from the group who were non-compliant in taking anti-filariasis medication. Calculating the number of microfilariae obtained positive results of 1.6% from examination of thick blood smears, which means that the implementation of POPM filariasis activities has reduced the transmission rate but has not reached the specified target.
Keywords: Filariasis, endemic, POPM
- View 56 times Download 56 times pdf