Diagnosis Kriptokokosis Meningeal pada Penderita AIDS dengan Deteksi Antigen Glucuronoxylomanan pada Cairan Otak
Abstract
Abstrak
Kriptokokosis meningeal karena ragi berkapsul Cryptococcus sering didapatkan pada penderita AIDS dan menyebabkan kecacatan dan kematian. Diagnosis dini yang diharapkan dapat diatasi dengan diagnosis pemeriksaan tinta India yang rendah dan kultur yang perlu 5-7 hari. Sebagai alternatif, WHO merekomendasikan deteksi antigen dengan cara uji aglutinasi lateks untuk deteksi antigen glucuronoxylomanan (GXM) dan lateral flow asay yang mendeteksi kompleks antigen Cryptococcus sp. Mengingat antigen GXM juga dapat ditemukan pada orang sehat, perlu ditetapkan nilai batas (cut off) yang untuk mendiagnosis kriptokokosis klinis. Pada penelitian ini, nilai cut off GXM dicari dengan memeriksa cairan otak yang tidak diencerkan, diencerkan 100×, 300×, dan 500× dengan menggunakan metoda aglutinasi lateks (PASTOREX TM CRYPTO PLUS 61747 (kat. 7EM2093, Bio-Rad Perancis). Tiap dilusi dihitung sensitivitas, spesifisitas, NPP, NPN, dan nilai kappa untuk menilai kesetaraan antara metode uji dengan baku emas (tinta india dan kultur) serta uji McNemar untuk mengetahui perbedaan antara metode uji dan baku emas. Receiver operating characteristics (ROC) curve dinilai untuk mengetahui kombinasi terbaik sensitivitas dan spesifisitas. Deteksi antigen GXM pada cairan otak menunjukkan sensitivitas dan spesifisitas yang bervariasi pada dilusi yang berbeda. Sensitivitas terbaik didapatkan pada LCS yang tidak diencerkan, namun spesifisitas terbaik ditemukan pada dilusi 500× (100%) disusul oleh dilusi 300× (98,1%). Secara keseluruhan berdasarkan sensitivitas, spesifisitas, NPP, NPN, nilai kappa dan nilai ROC, dilusi 300× merupakan dilusi terbaik. Uji McNemar memperlihatkan tidak ada perbedaan antara metode uji dan baku emas. Dilusi cairan otak 300× merupakan nilai cut off deteksi GXM untuk menegakkan diagnosis kriptokokosis meningeal.
Kata kunci: Cryptococcus neoformans, meningitis, diagnosis
Abstract
Meningeal cryptococcosis is caused by encapsulated yeast Cryptococcus. This infection has a high morbidity and mortality rate. Early diagnosis is one of the keys to reduce morbidity and mortality. India ink examination is hampered by its low sensitivity, while culture is time consuming. WHO recommends antigen detection methods as an alternative, i.e. latex aglutination for Glucuronoxylomannan (GXM) and lateral flow assay (LFA) for antigen complex for Cryptococcus. Since GXM antigen is also found in healthy people, cut off value for clinical cryptococcosis needs to be established. In this studi, the GXM antigen detection was conducted by latex agglutination test (PASTOREXTM CRYPTO PLUS 61747 kat. 7EM2093, Bio-Rad, France). To establish the cut off value, a neat concentration, as well as 100, 300 and 500 times dilution of spinal fluids were tested. Sensitivity, specificity, PPV, NPV and kappa value for each dilution were calculated against the gold standard (india ink examination and culture). McNemar test was performed to evaluate the difference between the test and the gold standard. Receiver operating characteristics(ROC) curve was used to determine the best combination of sensitivity and specificity. GXM antigen detection on spinal fluid showed variation of sensitivity and specificity in different dilutions. The neat solution gave the best sensitivity, while the best specificity was shown by 500× dilution (100%) and then followed by 300× dilution (98,1%). Overall, 300× dilution gave the best combination of sensitivity, specificity, PPV, NPV, (p=0,07). In conclusion, 300× dilution of spinal fluid is the best cut off value for GXM detection for diagnosing meningeal cryptococcosis.
Key words: Cryptococcus neoformans, meningitis, diagnosis
- View 959 times Download 959 times PDF (Bahasa Indonesia)