Hubungan Waktu Pemberian Makanan Pendamping ASI (MPASI) dengan Tingkat Kejadian Stunting pada Balita di Indonesia
Abstract
Pemberian gizi yang seimbang dan mencukupi akan menghasilkan anak-anak dengan kesehatan yang baik. Untuk memastikan pertumbuhan serta perkembangan yang optimal pada bayi diperlukan pemberian ASI eksklusif dan pemberian makanan pendamping ASI (MPASI) yang sesuai. Kekurangan gizi yang menyebabkan stunting merupakan hasil dari kurangnya nutrisi pada masa sebelumnya. Berdasarkan data WHO pada tahun 2018, prevalensi stunting di seluruh dunia adalah 22%. Di Indonesia angka ini mencapai 30,8% lebih tinggi dari rata-rata global. Tujuan dari studi ini adalah untuk mengkaji hubungan antara saat pemberian MPASI dengan kejadian stunting pada anak balita di Indonesia. Pendekatan riset yang digunakan adalah metode potong lintang dan analisis observasional. Semua anak balita yang mengalami stunting dan tercatat dalam studi ini memakai data dari Riskesdas tahun 2018 sebagai populasi subjek penelitian. Riset ini melibatkan 23.257 bayi yang berada dalam rentang usia 6-24 bulan. Data hasil penelitian disajikan dalam format distribusi tabel dan dianalisis memakai uji chi square. Temuan dari studi ini mengindikasikan bahwa dari keseluruhan sampel tersebut hanya terdapat 99 bayi (0,4%) yang berusia melebihi 6 bulan dan mengalami stunting setelah menerima pemberian MPASI. Selain itu sudi ini menemukan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara pemberian MPASI dan kejadian stunting pada balita (dengan nilai p=0,634). Secara keseluruhan hasil studi ini menunjukkan pemberian MPASI pada bayi di atas 6 bulan tidak berpengaruh signifikan terhadap kejadian stunting balita di Indonesia.
Kata kunci: Stunting, gizi, MPASI
Proper and well-balanced nutrition contributes to the birth of healthy children. To ensure optimal growth and development of babies, exclusive breastfeeding and appropriate complementary foods (MP-ASI) are provided. Stunting is a condition of malnutrition caused by insufficient nutrients in the past. According to WHO data from 2018, the global prevalence of stunting was 22%, while in Indonesia, based on Riskesdas, it was 30.8%. This indicates that Indonesia has a higher stunting rate compared to the global average. The main objective of this study was to investigate the correlation between the timing of introducing complementary feeding (MP-ASI) and the incidence of stunting in Indonesian toddlers. The research adopted a cross-sectional approach and an analytical observation method. All children identified with stunting based on the Riskesdas 2018 data were included as participants, resulting in a total sample size of 23,257 infants aged 6-24 months. The data collected were presented in distribution tables and analyzed using the chi-square test. The study's findings revealed that out of the infants older than 6 months who received complementary foods, 99 (0.4%) experienced stunting. However, no significant relationship was found between complementary feeding and stunting (0.634, p < 0.05). In conclusion, the study suggests that the timing of introducing complementary feeding (MP-ASI) to infants older than 6 months did not significantly affect the occurrence of stunting in Indonesian toddlers. Nonetheless, it is crucial to emphasize that maintaining a balanced diet and exclusive breastfeeding remain essential for ensuring the healthy growth and development of children.
Keywords: Stunting, nutrition, weaning food
- View 37 times Download 37 times pdf