Kriptokokosis: Epidemiologi, Manifestasi Klinis dan Diagnosis
Abstract
Abstrak
Cryptococcus neoformans adalah khamir yang termasuk golongan eukariota, selnya bulat dan bersimpai. Lebar simpai ditentukan oleh respons imun pejamu, kadar CO2, kadar zat besi, dan faktor nutrisi. Ditemukan kosmopolit, habitatnya utama di alam adalah kotoran burung merpati dan lapukan pohon. Faktor yang membantu pertumbuhannya di alam adalah pH (7,3-7,4), kelembaban tinggi, suhu (25-37oC), kurangnya sinar matahari, dan nitrogen tinggi. Faktor virulensi yang penting adalah simpai, sifat termotolerans, alpha mating type, kemampuan membentuk melanin, produksi manitol dan mampu terlarut dalam cairan ekstraselular. Dua spesies yang sering menginfeksi manusia adalah C. neoformans dan Crtptococcus gattii. Berdasarkan polisakarida kapsul, C. neoformans terbagi menjadi C. neoformans varietas grubii (serotipe A), C. neoformans varietas neoformans (serotipe D), dan hibrid (serotipe AD). Sementara itu C. gattii terbagi menjadi dua serotipe yaitu serotipe B dan C. Cryptococcus neoformans terutama menginfeksi individu imunokompromis, namun juga dapat menginfeksi pejamu imunkompeten. Sedangkan C. gattii lebih banyak menginfeksi pejamu imunokompeten. Jamur masuk melalui inhalasi dan kemudian dapat menginfeksi berbagai organ dengan predileksi utama susunan saraf pusat (SSP). Manifestasi klinis utama pada individu imunokompromis adalah kriptokokosis meningeal, dengan prevalensi berkisar 2-72 %, sedangkan mortalitasnya berkisar antara 13-44%. Selain selaput otak dan paru, kriptokokosis dapat menyebar keberbagai organ dan memberikan gejala yang tidak khas. Diagnosis pasti ditegakkan dengan menemukan jamur pada pemeriksaan tinta india, kultur dan deteksi antigen pada cairan otak.
Kata kunci: Cryptococcus sp., virulensi, pejamu imunokompromis, diagnosis
- View 3431 times Download 3431 times pdf