Vol 1 No 12 (2018): JULI MEREFLEKSIKAN CERPEN ROBOHNYA SURAU KAMI KARYA A. A. NAVIS SEBAGAI PENGGUGAH MINAT BACA MAHASISWA PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA UNIVERSITAS PELITA HARAPAN
Iko Agustina Boangmanalu, Universitas Pelita Harapan
Abstract
ABSTRAK
Karya sastra sebagai dokumen sosial menjadi wadah refleksi yang efektif. Fungsi didaktif karya sastra menyuluh pembaca secara tidak langsung. Pendidikan diberikan lewat permenungan juga mengaitkannya dengan pengalaman pribadi maupun kondisi masyarakat di zaman pembaca. Pendekatan sastra dengan cara demikian sudah ada sejak zaman Plato yang dikembangkan oleh Marxis. Karya sastra dipandang sebagai cerminan masyarakat di era tertentu. Pendekatan ini disebut mimesis, sudah lama ditinggalkan peneliti sastra, tetapi perlu dikembangkan lagi untuk mengenali dan menghargai keragaman budaya masyarakat Indonesia. Robohnya Surau Kami adalah cerpen yang mengandung nilai kemanusiaan, kasih, dan menggambarkan fenomena beribadah yang masih ditemui di zaman ini. Kepekaan dan cara penulis mengkritik persoalan masyarakat yang sensitif menjadi kekuatan cerpen ini. Selain itu, penokohan dan konflik terasa nyata sekalipun ada dialog manusia dengan Tuhan setelah kematian. Penulis menunjukkan kematangannya dalam memaparkan persoalan nyata yang akrab di tengah-tengah masyarakat. Penutup cerita pun menimbulkan keheranan. Hal tersebut memberi pengalaman membaca yang bermakna dan kesan yang mendalam bagi pembaca sehingga dapat menjadi penggugah minat baca yang efektif bagi mahasiswa, khususnya Prodi Pendidikan Bahasa Indonesia.
Kata Kunci: refleksi, karya sastra, minat baca
ABSTRACT
Literary work as a social document becomes an effective reflection media. The 'Didaktif' function of literary work indirectly informs readers. Education is given through reflection and it is also connected with personal experiences or society conditions in the reader era. This kind of literature approaching had been existing since the Plato era which was developed by Marxis. Literary work is viewed as a society reflection in a certain era. This approaching is called Mimesis which has long been abandoned by researchers but it needs to be developed to recognice and to appreciate the society's cultural diversity. Robohnya surau kami is a short story containing values of humanity and love end it describes a worship phenomenon which we still find in this era. The sensitivity and the way the writer criticizes society problem becomes the strength of this short story. In additions, characters decision and the conflict seem real though there is a dialogue between human and God after death. The writer shows his high capability in delivering real problems occurring in the community. The story closing makes a surprise. That gives a valuable reading experience and a deep impression so that it attracts students to have an effective reading interest, especially Indonesia Language department students.
Key words: reflection, literature, reading interest
- View 3190 times Download 3190 times PDF