Semaoen dalam Catatan Sejarah Sastra Indonesia

  • Teguh Prasetyo Universitas Kristen Indonesia
Keywords: Hikayat Kadiroen, Indonesian Literature, Semaoen,

Abstract

Abstrak

Periode awal abad ke-20 merupakan tonggak penting dalam sejarah kesusastraan Indonesia. Pada periode ini, muncul pula karya-karya sastra yang kemudian diberi label “bacaan liar”. Salah satu pengarang yang sangat penting dari tulisan-tulisan yang dicap “bacaan liar” tersebut adalah Semaoen, dengan Hikayat Kadiroen-nya. Semaoen sendiri merupakan pemikir kiri sekaligus ketua Partai Komunis Indonesia yang pertama pada 1920-an. Hikayat Kadiroen menjadi novelnya yang memiliki bentuk penceritaan yang menarik. Sebagai penelitian sejarah sastra dengan pengumpulan data melalui studi pustaka, tulisan ini mencoba untuk memaparkan posisi dan sejarah kepengarangan Semaoen di tengah-tengah sejarah kesusastraan Indonesia. Dapat disimpulkan kemudian, dalam artikel ini, Semaoen dan Hikayat Kadiroen menjadi penting dalam khazanah sastra Indonesia modern. Selain menandai kekhasanan perlawanan melalui karya sastra di awal Abad ke-20, Semaoen dan karyanya ini juga menjadi menarik karena gaya penceritaan yang berbeda dengan beberapa karya sastra mayor pada zamannya, dengan menunjukkan ciri aliran Realisme-sosialis.

 

Kata Kunci: Hikayat Kadiroen, Sastra Indonesia, Semaoen,

 

Abstract

The early 20th century is an important milestone in the history of Indonesian literature. During this period, literary works emerged that were later labeled "wild readings". One of the most important authors of these writings labeled as "wild reading" was Semaoen, with his Hikayat Kadiroen. Semaoen himself was a leftist thinker and the first chair of the Indonesian Communist Party in the 1920s. Hikayat Kadiroen is his novel that has an interesting form of storytelling. As a literary history research with data collection through literature study, this paper tries to explain the position and history of Semaoen's authorship in the midst of Indonesian literary history. It can be concluded then, in this article, that Semaoen and Hikayat Kadiroen are important in the treasury of modern Indonesian literature. In addition to marking the distinctiveness of resistance through literature in the early 20th century, Semaoen and his work are also interesting because of the style of storytelling that differs from some of the major literary works of his day, by showing the characteristics of Socialist-Realism works.

 

keywords: Hikayat Kadiroen, Indonesian Literature, Semaoen,

References

Budianta, Melani. (2007). “Diverce Voices: Indonesian Literature and Nation Building”. dalam Lee Hock Guan dan Leo Suryadinata (ed). (2009). Language, Nation and development in Southeast Asia. Singapore: ISEAS Publishing.
Cahyono, Edi. 2003. “Dari Kiri Menjadi Kanan: Pergeseran Ideologi Semaoen dalam ‘Tenaga Manusia’”. Jakarta: Penebar e-news.
__________. 2003. Jaman Bergerak di Hindia Belanda: Mosaik Bacaan Kaum Tempo Dulu. Jakarta: Yayasan Pancur Siwah.
Hilmar Farid dan Razif. (2008). “Batjaan Liar in The Dutch East Indies: A Colonial Antipode”. Dalam Postcolonial Studies vol. 11, tahun 2008, hlm. 277—292.
Madasari, Okky. (2020). “Silencing in The Construstion of Indonesian Literature”. ResearchGate.
Mahendra, Reno Eza. (2022). “Menimbang Pemikiran Semaoen dan Tan Malaka” dalam Oetoesan Hindia: Telaah Pemikiran Kebangsaan vol. 4 no. 1 Tahun 2022, hlm. 29-36.
Maier, Henk. 2004. We Are Playing Relatives: A Survey of Malay Writing. Leiden: KITLV Press.
Rosidi, Ajip. 1964. Kapankah Kesusastraan Indonesia Lahir? Jakarta: Bhratara.
Ruth McVey. (1966). “An Early Account of The Independence Movement”. E-commons.new-lirary.cornell.edu.
Salmon, Claudine. 1985. Sastra Cina Peranakan dalam Bahasa Melayu. Terj. Dede Oetomo. Jakarta: Balai Pustaka.
Sambodja (2008). “Peta Politik Sastra Indonesia (1908—2008)”. dalam Prosiding Kongres IX Bahasa Indonesia Internasional. Pusat Bahasa.
Sari, Mila, dkk. (2022). Metodologi Penelitian. Padang: Global Eksekutif Teknologi.
Semaoen. 2000. Hikayat Kadiroen. Yogyakarta: Bentang Budaya.
Soe Hok Gie. 1999. Di Bawah Lentera Merah. Yogyakarta: Bentang Budaya.
Sulton, Agus. (2021). “Indonesian Sastra Liar: Political Strategies of Social Movements in Indonesia”. Jurnal Sastra Indonesia vol.10 no. 2, hlm. 85—92.
Sumardjo, Jakob. 2004. Kesusastraan Melayu Rendah Masa Awal. Yogyakarta: Galang Press.
Teeuw, A. 1967. Modern Indonesian Literature. Hague: University of Leiden.
Tickell, Paul. 1998. “Early Political Novel” dalam Language and Literature. Jakarta: Buku Antar Bangsa.
Toer, Pramoedya Ananta. 2003. Realisme-sosialis dan Sastra Indonesia. Jakarta: Lentera Dipantara.
Wahyudi, Ibnu. 1996. “Situasi Kesastrawanan dan Kehidupan Pers di Indonesia pada Awal Abad ke-20”. FSUI: Laporan Penelitian
Wardah, Eva Syarifah. (2014). “Metode Penelitian Sejarah” dalam Jurnal Tsaqofah Vol.12 No. 2, hlm. 163—175.
Published
2023-12-31
Section
Articles