Kajian Makian dalam Interaksi Sosial Pemuda Madura melalui Lensa Sosio-Ekolinguistik
Abstract
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis penggunaan kata makian dalam interaksi sosial pemuda Madura dengan pendekatan sosio-ekolinguistik. Makian adalah bagian penting dari bahasa sehari-hari. Namun, sering kali memiliki keterkaitan dengan norma-norma sosial dan budaya suatu masyarakat. Dalam konteks Madura, kata makian memiliki peran khusus dalam interaksi sosial, oleh karena itu, penelitian ini menggunakan pendekatan sosio-ekolinguistik untuk memahami dinamika penggunaan kata makian dalam lingkungan budaya dan sosial yang lebih luas.
Penelitian ini dilakukan melalui analisis korpus percakapan antara pemuda Madura dalam berbagai konteks, baik formal maupun informal. Teori tabu Wardhaugh digunakan sebagai kerangka teoretis untuk melihat bagaimana kata-kata makian diidentifikasi dan digunakan dalam interaksi sosial sehari-hari. Dalam pengkajian ini, faktor sosio-ekologis seperti norma sosial, struktur komunitas, dan perubahan budaya juga dipertimbangkan dalam menginterpretasi penggunaan makian.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan kata makian dalam interaksi sosial pemuda Madura secara kompleks terhubung dengan aspek-aspek sosio-ekologis seperti norma sosial, hierarki sosial, etimologi kata-kata, konteks budaya, jenis interaksi, dan tingkat keformalan situasi. Temuan ini menggambarkan cara pemuda Madura mengadaptasi makian dalam berbagai konteks, sekaligus menggambarkan dinamika sosiolinguistik yang terjadi dalam komunitas bahasa mereka. Bentuk-bentuk makian tersebut berupa hewan, sikap yang kurang sopan, alat indra manusia, makhluk halus, kotoran, serta alat kelamin Perempuan, digunakan untuk memaki lawan bicara dalam kehidupan sosial bermasyarakat. Secara keseluruhan, penelitian ini memberikan wawasan mendalam tentang penggunaan kata makian dalam interaksi sosial pemuda Madura dalam lensa sosio-ekolinguistik. Implikasi penelitian ini tidak hanya terbatas pada pemahaman linguistik, tetapi juga membantu dalam memahami interaksi sosial dan budaya yang membentuk penggunaan bahasa sehari-hari dalam komunitas ini.
References
Anggita, Fika Nur. 2015. A Sociolinguistic Analysis of Taboo Words in Bad Teacher Movie. Universitas Negeri Yogyakarta.
Chaer, Abdul dan Agustina, Leonie. 2010. Sosiolinguistik Perkenalan Awal. Jakarta: PT Aneka Cipta.
Duranti, Alessandro. 1997. Linguistic Anthropology. New York: Cambridge University Press.
Foley, William A. 1997. Anthropolgical Linguistic: An Introduction. Oxford: Blackwell.
Jay, Timothy. 2009. The Utility and Ubiquity of Taboo Words. Jurnal Perspective On Psychological Science, Volume 4, No. 2, 2009, Hlm. 153- 161.
Juansah, Dase Erwin. 2018. PAMALI dalam Masyarakat Baduy (Kajian Antropolinguistik). Jurnal ResearchGate.
Kurniawan, Eka. 2016. Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Kusumaningsih, Desak Gede Yulia. 2019. Taboo Words in 21 Jump Street Movie. RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa Vol. 5, No. 1 April 2019, Page 23-31.
Manopo.2014. Kata-Kata Tabu Dalam Film Bad Teacher Karya Lee Esienberg dan Gene Stupitsky. Manado. ( tidak diterbitkan).
Ningjue, Zhou. 2010. Taboo Language on The Internet: An Anlysis of Gender Differences in Using Taboo Language. Swedia: Kristianstad University.
Ohoiwutun, Paul. 2002. Sosiolinguistik: Memahami Bahasa Dalam Konteks Masyrakat dan Kebudayaan. Jakarta: Kesain Blance.
Sibarani, Robert. 2004. Antropolinguistik: Antropologi Linguistik – Linguistik Antropologi. Medan: Poda.
Stibbe, Arran. 2015. Ecolinguistics: Language, Ecology and The Stories We Live By. New York: Routledge.
Sumarsono. 2014. Sosiolinguistik. Yogyakarta: SABDA (Lembaga Studi Agama, Budaya dan Perdamaian).
Trudgill. 1974. Sociolinguistics: An Introduction. Hardmonswort: Pinguin Blackwell Ltd.
Wijana dan Rohmadi. 2006. Sosiolingguistik. Yogyakarta: Pustaka pelajar.
Wardaugh, Ronald. 2006. An Introduction to Sociolinguistics. USA: Blackwell Publishing.